Minggu, 07 November 2010

Kisah Pak Gepuk: Sang “Maestro” Wayang Suket


Wayang suket itu sebetulnya dolanan anak-anak di desa. Ketika kerbau, sapi atau kambing sibuk makan rumput, bocah angon (anak gembala) mencoba menirukan para dalang yang memainkan wayang. Jadilah, rumput-rumput di sekitarnya dimanfaatkan untuk dijadikan model wayang, layaknya seorang dalang.

Ini merupakan sebuah
kebetulan atau ketidaksengajaan seseorang membuat wayang suket. Hal ini dikarenakan bapak maupun simbahnya seorang petani yang tiap hari ke sawah.

Suket di sawah tidak sengaja dimainkan, ketika petani tengah santai lalu main suket. Dijadikan sebuah bentuk, lalu diletakkan begitu saja. Dibuang bubar. Tak dimainkan dalam pentas sesungguhnya. Pengertian wayang itu kan oleh seniman. Pengertian wayang suket pada awalnya tidak dengan sendirinya dimainkan. Tapi pengertian bawah sadar tentang suket di masa kecil itu kan sangat kuat dan sama sekali tidak berpikir bahwa, suket akan menjadi tren wayang suket.

Kenapa dinamakan wayang suket, karena wayang yang dimainkan terbuat dari rumput atau dalam bahasa Jawa disebut suket. Rumput memang dengan mudah bisa ditemukan dimana saja. Tetapi biasanya rumput yang dirangkai dan dijadikan wayang adalah rumput teki, rumput gajah, atau mendong, alang-alang yang biasa dianyam menjadi tikar.

Kesemuanya memiliki tekstur kuat dan bentuk yang panjang-panjang. Wayang suket tak mempunyai bentuk yang baku, seperti halnya tokoh dalam wayang kulit atau golek. Sekilas rumput-rumput tersebut memang dibentuk laksana wayang kulit, yang dapat dimainkan dengan tangan. Namun untuk membedakan tokoh yang satu dengan lainnya sangat sulit. Sebab bentuknya yang hampir serupa.

Pementasan wayang suket berbeda dengan pertunjukan wayang lainnya. Dan Slamet Gundono lah pencetus pementasan wayang suket dan cukup terkenal tidak hanya di nusantara tetapi sudah sampai ke Jepang dan Amerika, bahkan ke Eropa. Pementasan ini mulai dirintis oleh Ki Dalang Slamet Gundono tahun 1999.

Akan tetapi dibalik kesuksesan Gundono, ternyata ada seorang “maestro” yang tidak dikenal yang sebenarnya telah merintis pembuatan wayang suket. Sayang, wayang-wayang suket karyanya tidak pernah dipentaskan dan hanya dipamerkan.

Siapakah dia? Pak Gepuk namanya. Nama Pak Gepuk mulai mencuat ketika hasil karyanya dipamerkan di Gedung Bentara Budaya Yogyakarta 1-8 September 1995 yang diselenggarakan oleh Lembaga Kebudayaan Indonesia Belanda Karta Pustaka dan Bentara Budaya Yogyakarta. Dari situlah pamor wayang suket mulai diperhitungkan dalam kancah perwayangan Indonesia.

Setelah Pak Gepuk hilang dari peredaran dunia perwayangan sampai akhir hayatnya, tiba-tiba di
tahun 2007 kembali muncul ketika banyak seniman-seniman Yogya menanyakan keberadaan Pak Gepuk. Hal ini terungkap ketika Museum Prof. Dr. Soegarda Purbalingga mengadakan pameran di Beteng Vredenberg Yogyakarta dan menampilkan wayang suket karya Pak Gepuk.

Banyak sekali pertanyaan, kesan dan tanggapan yang begitu simpatik yang ditujukan kepada Pak Gepuk “Sang Maestro yang tidak terkenal”. Demikian julukan dari salah seorang seniman senior Yogyakarta dan mereka tidak menyangka bahwa Pak Gepuk sudah tiada.

Oleh: Adi Purwanto, S.S., M.Si.
Pengelola Museum Budaya
Prof.
Dr. R. Soegarda Poerbakawatja Purbalingga

3 komentar:

  1. assalammu'alaikum
    saya dicky anak sidoarjo jawa timur
    saya tertarik dg postingan anda tentang wayang suket
    .boleh tau g cara buat wayang suketnya,,?
    terimah kasih

    dicky_van_java@yahoo.com
    dicky.van.java@gmail.com

    BalasHapus
  2. KALU tidak ada yg tergerak hatinya, purbalingga bakal menyesal...bravo untuk sma rembang.
    http://hayseni.blogspot.com/2011/08/wayang-suket-mbah-gepuk.html

    BalasHapus
  3. keren keren, sekali waktu saya harus belajar kepada panjenengan,.

    BalasHapus